Minggu, 02 Februari 2014

100 LANGKA MENUJU KESEMPURNAAN IMAN


100 Langkah Menuju Kesempurnaan Iman
1.   Bersyukur apabila mendapat nikmat;
2.   Sabar apabila mendapat kesulitan;
3.   Tawakal apabila mempunyai rencana/program;
4.   Ikhlas dalam segala amal perbuatan;
5.   Jangan membiarkan  hati larut dalam kesedihan;
6.   Jangan menyesal atas sesuatu kegagalan;
7.   Jangan putus asa dalam menghadapi kesulitan;
8.   Jangan usil dengan kekayaan orang;
9.   Jangan hasud dan iri atas kesuksesan orang;
10.  Jangan sombong kalau memperoleh kesuksesan;
11.  Jangan tamak kepada harta;
12.  Jangan terlalu ambisius akan sesuatu kedudukan;
13.  Jangan hancur karena kezaliman;
14.  Jangan goyah karena fitnah;
15.  Jangan bekeinginan terlalu tinggi yang melebihi kemampuan diri;
16.  Jangan campuri harta dengan harta yang haram;
17.  Jangan sakiti ayah dan ibu;
18.  Jangan usir orang yang meminta-minta;
19.  Jangan sakiti anak yatim;
20.  Jauhkan diri dari dosa-dosa yang besar;
21.  Jangan membiasakan diri melakukan dosa-dosa kecil;
22.  Banyak berkunjung ke rumah Allah (masjid);
23.  Lakukan shalat dengan ikhlas dan khusyu;
24.  Lakukan shalat fardhu di awal waktu, berjamaah dan di masjid;
25.  Biasakan shalat malam;
26.  Perbanyak dzikir dan do'a kepada Allah;
27.  Lakukan puasa wajib dan puasa sunat;
28.  Sayangi dan santuni fakir miskin;
29.  Jangan ada rasa takut kecuali hanya kepada Allah;
30.  Jangan marah berlebih-lebihan;
31.  Cintailah seseorang dengan tidak berlebih-lebihan;
32.  Bersatulah karena Allah dan berpisahlah karena Allah;
33.  Berlatihlah konsentrasi pikiran;
34.  Penuhi janji apabila telah diikrarkan dan mintalah maaf apabila karena sesuatu sebab tidak dapat dipenuhi;
35.  Jangan mempunyai musuh, kecuali dengan iblis/syetan;
36.  Jangan percaya ramalan manusia;
37.  Jangan terlampau takut miskin;
38.  Hormatilah setiap orang;
39.  Jangan terlampau takut kepada manusia;
40.  Jangan sombong, takabur dan besar kepala;
41.  Bersihkan harta dari hak-hak orang lain;
42.  Berlakulah adil dalam segala urusan;
43.  Biasakan istighfar dan taubat kepada Allah;
44.  Bersihkan rumah dari patung-patung berhala;
45.  Hiasi rumah dengan bacaan Al-Quran;
46.  Perbanyak silaturahmi;
47.  Tutup aurat sesuai dengan petunjuk Islam;
48.  Bicaralah secukupnya;
49.  Beristri/bersuami kalau sudah siap segala-galanya;
50.  Hargai waktu, disiplin waktu dan manfaatkan waktu;
51.  Biasakan hidup bersih, tertib dan teratur;
52.  Jauhkan diri dari penyakit-penyakit bathin;
53.  Sediakan waktu untuk santai dengan keluarga;
54.  Makanlah secukupnya tidak kekurangan dan tidak berlebihan;
55.  Hormatilah kepada guru dan ulama;





56.  Sering-sering bershalawat kepada nabi;
57.  Cintai keluarga Nabi saw;
58.  Jangan terlalu banyak hutang;
59.  Jangan terlampau mudah berjanji;
60.  Selalu ingat akan saat kematian dan sadar bahwa kehidupan dunia adalah kehidupan sementara;
61.  Jauhkan diri dari perbuatan-perbuatan yang tidak bermanfaat  seperti mengobrol yang tidak berguna;
62.  Bergaullah dengan orang-orang shaleh;
63.  Sering bangun di penghujung malam, berdoa dan beristighfar;
64.  Lakukan ibadah haji dan umrah apabila sudah mampu;
65.  Maafkan orang lain yang berbuat salah kepada kita;
66.  Jangan dendam dan jangan ada keinginan membalas kejahatan dengan  kejahatan lagi;
67.  Jangan membenci seseorang karena paham dan pendirian;
68.  Jangan benci kepada orang yang membenci kita;
69.  Berlatih untuk berterus terang dalam menentukan sesuai pilihan;
70.  Ringankan beban orang lain dan tolonglah mereka yang mendapatkan  kesulitan;
71.  Jangan melukai hati orang lain;
72.  Jangan membiasakan berkata dusta;
73.  Berlakulah adil, walaupun kita sendiri akan mendapatkan kerugian;
74.  Jagalah amanah dengan penuh tanggung jawab;
75.  Laksanakan segala tugas dengan penuh keikhlasan dan kesungguhan;
76.  Hormati orang lain yang lebih tua dari kita;
77.  Jangan membuka aib orang lain;
78.  Lihatlah orang yang lebih miskin daripada kita, lihat pula orang
yang lebih berprestasi dari kita;
79.  Ambilah pelajaran dari pengalaman orang-orang arif dan  bijaksana;
80.  Sediakan waktu untuk merenung apa-apa yang sudah dilakukan;
81.  Jangan minder karena miskin dan jangan sombong karena kaya;
82.  Jadilah manusia yang selalu bermanfaat untuk agama, bangsa dan negara;
83.  Kenali kekurangan diri dan kenali pula kelebihan orang lain;
84.  jangan membuat orang lain menderita dan sengsara;
85.  Berkatalah yang baik-baik atau tidak berkata apa-apa;
86.  Hargai prestasi dan pemberian orang;
87.  Jangan habiskan waktu untuk sekedar hiburan dan kesenangan;
88.  Akrablah dengan setiap orang, walaupun yang bersangkutan tidak menyenangkan;
89.  Sediakan waktu untuk berolahraga yang sesuai dengan norma-norma agama dan kondisi diri kita;
90.  Jangan berbuat sesuatu yang menyebabkan fisik atau mental kita  menjadi terganggu;
91.  Ikutilah nasihat orang-orang yang arif dan bijaksana;
92.  Pandai-pandailah untuk melupakan kesalahan orang dan pandai-pandailah untuk melupakan jasa kita;
93.  Jangan berbuat sesuatu yang menyebabkan orang lain terganggu, dan jangan  berkata sesuatu yang dapat menyebabkan orang lain terhina;
94.  Jangan cepat percaya kepada berita jelek yang menyangkut teman kita, sebelum dicek kebenarannya;
95.  Jangan menunda-nunda pelaksanaan tugas dan kewajiban;
96.  Sambutlah uluran tangan setiap orang dengan penuh keakraban dan keramahan dan tidak berlebihan;
97.  Jangan memforsir diri untuk melakukan sesuatu yang di luar kemampuan diri;
98.  Waspadalah akan setiap ujian, cobaan, godaan dan tantangan. Jangan lari dari kenyataan kehidupan;
99.  Yakinlah bahwa setiap kebajikan akan melahirkan kebaikan dan setiap kejahatan akan melahirkan kerusakan;
100. Jangan sukses di atas penderitaan orang dan jangan kaya dengan memiskinkan orang;




Etika dalam Berbicara

1. Hendaknya pembicaran selalu di dalam kebaikan. Allah Subhannahu wa Ta'ala berfirman yang artinya:
“Tidak ada kebaikan pada kebanyakan bisik-bisikan mereka, kecuali bisik-bisikan dari orang yang menyuruh (manusia) memberi sedekah atau berbuat ma`ruf, atau mengadakan perdamaian diantara manusia”. (An-Nisa: 114).

2. Hendaknya pembicaran dengan suara yang dapat didengar, tidak terlalu keras dan tidak pula terlalu rendah, ungkapannya jelas dapat difahami oleh semua orang dan tidak dibuat-buat atau dipaksa-paksakan.

3. Jangan membicarakan sesuatu yang tidak berguna bagimu. Hadits Rasulullah Shallallaahu alaihi wa Salam menyatakan: “Termasuk kebaikan islamnya seseorang adalah meninggalkan sesuatu yang tidak berguna”. (HR. Ahmad dan Ibnu Majah).

4. Janganlah kamu membicarakan semua apa yang kamu dengar. Abu Hurairah Radhiallaahu anhu di dalam hadisnya menuturkan : Rasulullah Shallallaahu alaihi wa Salam telah bersabda:”Cukuplah menjadi suatu dosa bagi seseorang yaitu apabila ia membicarakan semua apa yang telah ia dengar”.(HR. Muslim)

5. Menghindari perdebatan dan saling membantah, sekalipun kamu berada di fihak yang benar dan menjauhi perkataan dusta sekalipun bercanda. Rasulullah Shallallaahu alaihi wa Salam bersabda: “Aku adalah penjamin sebuah istana di taman surga bagi siapa saja yang menghindari bertikaian (perdebatan) sekalipun ia benar; dan (penjamin) istana di tengah-tengah surga bagi siapa saja yang meninggalkan dusta sekalipun bercanda”. (HR. Abu Daud dan dinilai hasan oleh Al-Albani).

6. Tenang dalam berbicara dan tidak tergesa-gesa. Aisyah ra. telah menuturkan: “Sesungguhnya Nabi Shallallaahu alaihi wa Salam apabila membi-carakan suatu pembicaraan, sekiranya ada orang yang menghitungnya, niscaya ia dapat menghitungnya”. (Mutta-faq’alaih).

7. Menghindari perkataan jorok (keji). Rasulullah Shallallaahu alaihi wa Salam bersabda: “Seorang mu’min itu pencela atau pengutuk atau keji pembicaraannya”. (HR. Al-Bukhari di dalam Al-Adab Mufrad, dan dishahihkan oleh Al-Albani).

8. Menghindari sikap memaksakan diri dan banyak bicara di dalam berbicara. Di dalam hadits Jabir Radhiallaahu anhu disebutkan: “Dan sesungguhnya manusia yang paling aku benci dan yang paling jauh dariku di hari Kiamat kelak adalah orang yang banyak bicara, orang yang berpura-pura fasih dan orang-orang yang mutafaihiqun”. Para shahabat bertanya: Wahai Rasulllah, apa arti mutafaihiqun? Nabi menjawab: “Orang-orang yang sombong”. (HR. At-Turmudzi, dinilai hasan oleh Al-Albani).

9. Menghindari perbuatan menggunjing (ghibah) dan mengadu domba. Allah Subhannahu wa Ta'ala berfirman yang artinya: “Dan janganlah sebagian kamu menggunjing sebagian yang lain”.(Al-Hujurat: 12).

10. Mendengarkan pembicaraan orang lain dengan baik dan tidak memotongnya, juga tidak menampakkan bahwa kamu mengetahui apa yang dibicarakannya, tidak menganggap rendah pendapatnya atau mendustakannya.

11. Jangan memonopoli dalam berbicara, tetapi berikanlah kesempatan kepada orang lain untuk berbicara.

12. Menghindari perkataan kasar, keras dan ucapan yang menyakitkan perasaan dan tidak mencari-cari kesalahan pembicaraan orang lain dan kekeliruannya, karena hal tersebut dapat mengundang kebencian, permusuhan dan pertentangan.







13. Menghindari sikap mengejek, memperolok-olok dan memandang rendah orang yang berbicara. Allah Subhannahu wa Ta'ala berfirman yang artinya:
“Wahai orang-orang yang beriman, janganlah suatu kaum mengolok-olokan kaum yang lain (karena) boleh jadi mereka (yang diolok-olokan) lebih baik dari mereka (yang mengolok-olokan), dan jangan pula wanita-wanita (mengolok-olokan) wanita-wanita lain (karena) boleh jadi wanita-wanita (yang diperolok-olokan) lebih baik dari wanita (yang mengolok-olokan). (Al-Hujurat: 11).

(Dikutip dari Judul Asli Al-Qismu Al-Ilmi, penerbit Dar Al-Wathan, penulis Syaikh Abdullah bin Abdul Aziz bin Baz, versi Indonesia Etika Kehidupan Muslim Sehari-hari)


Sopan Santun dan Kerendahan Hati Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam adalah orang yang paling saying dan hormat kepaa para sahabatnya, memberi tempat lapang kepada meeka jika kesempitan, memulai salam kepada orang yang dijumpai, dan jika berjabat tangan dengan seseorang tidak pernah melepaskan sebelum orang tersebut melepaskannya tangannya.
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam adalah orang yang paling rendah hati, jika berada bersama suatu kaum dalam majlis selau duduk bersama mereka dan tidak berdiri sebelum majlis selesai. Setiap yang duduk bersama beliau diberi haknya masing-masing sehinggat tidak seorang pun yang mereasa bahwa orang lain lebih mulia daripada dirinya di hadapan Rasululah shallallahu 'alaihi wasallam.
Jika seseorang duduk di dekatnya, beliau tidak berdiri sebelum orang tersebut berdiri kecuali jika ada urusan yang mendadak maka beliau meminta izin kepadanya.
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam benci kepada orang yang berdiri menghormatinya. (* )   dari Anas radhiyallahu 'anhu berkata, " Tak seorang pun yang mereka cintai lebih dari cinta mereka kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, tapi jika mereka melihat Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam mereka tidak berdiri untuk menghormatinya karena beliau membenci hal yang demikian. HR. Ahmad Dan Tirmadzi.
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam tidak menghadapi seseorang dengan sesuatu yang tidak disenganinya, mengunjungi oran sakit dan mencintai orang –orang miskin, bersabahat dan menyaksiakan jenazah mereka, tidak menghina orang fakir karena kefakirannya, tidak takut kepada raja karena kedudukannya, dan membesarkan nikmat meskipun sedikit, maka beliau tidak pernah sekalipun mencela makanan, jika beliau suka dengan makanan tersebut maka beliau makan, tapi jika tidak maka beliau tinggalkan tanpa mencelanya, beliau makan dan minum dengan tangan kanannya setelah membaca bansmalah ( bismillah ) pada permulaannya dan mengucapkan hamdalah ( alhamdulillah )  pada akhirnya.                 
Beliau menyenangi hal-hal yang baik dan tidak suka kepada hal-hal yang tidak baik seperti bawang putih dan bawan merah atau yang serupa dengannya, beliau haji sambil mengatakan :
Ya Allah, ini adalah benar-benar haji yang tidak ada riya' dan tidak mencari popularitas di dalamnya. HR. Maqdisy.
Beliau juga tidak berbeda dengan paras sahabatnya dalam pakaian dan tempat duduk, sehingga pernah seorang arab badui datang sambil berkata : " Mana di antara kamu yang bernama Muhammad ? ", Pakaian yang paling desenangi adalah qamis ( baju panjang sampai setengan betisnya), tidak berlebih-lebihan dalam makan atau pakaian, memakai peci, serban dan cincin perak pada jari kelingking kanannya serta mempunyai jenggot yang lebat.
(*) Diperbolehkan bagi tuan rumah untuk berdiri dalam menyambut tamu karena Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam pernah melakukan hal itu, dan boleh juga ikut menyngsong orang yang baru datang untuk merangkulnya.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar