Dalam musim pemilu, pilkada, pilpres sekarang ini
para politisi ramai berkampanye untuk merebut simpati rakyat, tetapi dengan
menggunakan kata-kata yang sebenarnya tidak difahami oleh rakyat. Berkomunikasi
dengan rakyat dengan menggunakan bahasa politisi atau bahasa akademisi dengan
kata-kata jargon tidak akan dipahami oleh rakyat. Rakyat tidak akan mengerti apa itu “ekonomi
kerakyatan”, “ekonomi neo-libral”, “pertumbuhan ekonomi”, dan istilah-istilah
lainnya.
Jangankan
rakyat pada umumnya, para politisi dan akademisi sendiri belum tentu mempunyai
pemahaman yang sama terhadap istilah-istilah tersebut. Jangankan para politisi,
di kalangan ekonom sendiri belum tentu mempuyai pemahaman yang sama tentang
istilah-istilah ekonomi seperti : sistem perekonomian, ekonomi neo-libral,
pertumbuhan ekonomi dengan metode perhitungannya, pembangunan ekonomi dengan
indikator-indikatornya, pengertian inflasi, dan lain-lain. Kalau ada pemahaman
yang sama tentu tidak mungkin adanya bantah-membantah, keculai memang ada
kepentingan-kepentingan tertentu yang tersembunyi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar